Pengaruh K-Pop pada Selera Musik Kaum Milenial di Indonesia

Teknologi

K-Pop atau Korean Pop adalah salah satu genre musik yang digandrungi oleh banyak kalangan, termasuk kaum milenial di Indonesia. Lagu-lagu K-Pop dinyanyikan oleh sekelompok penyanyi laki-laki atau perempuan dengan tampang menawan. Mereka bernyanyi sembari menari dengan lincah di panggung.

Bukan hanya menyukai lagunya, para fans juga biasanya sangat mengidolakan penyanyi favoritnya. Mereka bisa membeli merchandise yang merupakan simbol identitas idolanya walaupun dengan harga yang tidak murah. Hal ini menunjukkan pengaruh yang kuat dari industri musik Korea.

Sejarah K-Pop

Hingga saat ini, K-Pop telah masuk ke generasi ke-4. Generasi pertama lahir pada 1994 yang awalnya dipicu oleh hadirnya boygroup Seo Taiji and Boys. Debut yang dilakukan oleh 3 penyanyi laki-laki ini memberikan angin segar bagi industri musik Korea. Mereka mengusung genre rap, techno Amerika, dan rock.

Kesuksesan Seo Taiji and Boys menjadi gebrakan baru. Banyak idol dengan berbagai talenta mulai muncul. Namun, grup musik generasi pertama ini tidak berumur panjang. Sebagian besar membubarkan diri setelah beberapa tahun kemudian.

Generasi kedua K-Pop lahir pada 2003. Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan Super Junior, SNSD, Bigbang, SHINee, dan sederet nama populer lain. Pada momentum ini, korean wave mulai meluas ke negara lain, yaitu Jepang, Cina, Indonesia, dan negara tetangga lain.

Generasi ketiga mulai merambah dunia internasional pada 2012. Bukan hanya negara tetangga, seluruh dunia kini menggandrungi genre musik ini, termasuk Indonesia. Para fans grup musik EXO, Blackpink, BTS, bisa ditemukan di mana-mana.

Pengaruh K-Pop bagi Milenial Indonesia

Cara masuknya yang sangat masif membuat pengaruh K-Pop tak bisa diabaikan begitu saja. Khususnya bagi para milenial di Indonesia yang telah memiliki kemudahan untuk mengakses internet demi bisa mendengarkan musik favorit mereka.

Pengaruh tersebut bukan saja hanya terlihat dari selera musik yang didengarkan. Namun, hal ini telah merambah ke berbagai area, mulai dari meniru fesyennya yang unik hingga meniru gaya hidup para personel K-Pop. Selain itu, drama Korea juga turut menyumbang dampak atas popularitas entertainment Korea di Indonesia.

Dampak terbesarnya adalah terjadinya imperialisme budaya, yaitu pengaruh terhadap kepercayaan, nilai-nilai, dan norma hidup. Akibatnya, identitas asli dan kearifan lokal mudah terkikis dan digantikan oleh budaya lain.

Belajar Musik demi Budaya Sendiri

Untuk mengatasi dampak imperialisme, satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah tidak melupakan akar budaya lokal. Dalam kaitannya dengan musik, milenial Indonesia diharapkan dapat berkarya untuk menciptakan lagu-lagu yang sarat dengan nuansa lokal.

Akan tetapi, memulai karier sebagai pemusik tentu tidak mudah. Setidaknya, Anda harus memiliki pengetahuan yang cukup, misalnya dengan membaca not balok. Keahlian ini merupakan modal yang sangat penting untuk menggeluti dunia musik, baik sebagai penyanyi maupun pencipta lagu.

Nah, Anda dapat mempelajari teori dan metode fundamental musik dari dasar melalui Arkademi. Terdapat kelas khusus bagi pemula yang akan membantu mengarahkan pembelajaran musik dari dasar. Kelas ini ditujukan bagi penikmat musik maupun para pegiat seni sehingga dapat menggeluti dunia musik dengan lebih optimal.

 

Jadi, langkah untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri, terutama musik dapat dimulai dengan belajar musik. Bukan tidak mungkin, Anda dapat menjadi salah satu insan yang memengaruhi industri musik di Tanah Air, bahkan bisa populer di mancanegara. Tunggu apa lagi, ayo segera ambil kesempatan menarik ini.